KOMUNIKASI PRODUKTIF DENGAN PASANGAN
Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali
dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima
hal itu.
Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan
kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas
yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.
Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of
Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.
FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai
yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan,
pergaulan, indoktrinasi dll.
FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang
dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.
FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu
pesan/informasi yang datang kepadanya.
Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang
berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.
Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu,
sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.
Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR
mu ==> FoE/FoR KITA
Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama
antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu, pasangan
akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.
Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN
pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut
pandangmu.
Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar
panjang - Emosi kecil; bila Nalar pendek - Emosi tinggi
Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada
anak-anak atau orang yang sudah tua.
Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa
--sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali-- maka selayaknya mengedepankan
Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.
Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak,
redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan
baik.
Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada
di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada
sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling
tindih berebut benar.
Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan
efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:
1. Kaidah 2C: Clear and Clarify
Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang
jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan
nyaman bagi kedua belah pihak.
Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi
(clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
2. Choose the Right Time
Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan
pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya
bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda,
suasana yang diinginkannya, dll.
3. Kaidah 7-38-55
Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang
terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal
(kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.
Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah
intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda
mengatakan "Aku jujur. Sumpah berani mati!" namun matanya
kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa
yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda
percayai?
Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda
sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh
Anda.
4. Intensity of Eye Contact
Pepatah mengatakan mata adalah jendela hati. Pada saat
berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan
bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap
matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya
dan tak menutupi sesuatu apapun.
5. Kaidah: I'm responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si
pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami,
jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar
Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan.
Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah
satu pihak atau bahkan keduanya.
Sumber bacaan : Kuliah Bunda Sayang Institut Ibu Profesional
Sumber foto : www.becomingminimalist.com
Komentar
Posting Komentar