Langsung ke konten utama

Market Day



 Market Day




Setiap sebulan satu kali di sekolah Kakak diadakan kegiatan market day. Setiap anak diharapkan membawa makanan seharga Rp 1.000,- sampai Rp 2.000,- Makanan yang dibawa tidak boleh mengandung pengawet, pemanis buatan dan MSG. Intinya makanan yang disajikan adalah jajanan sehat.

Sebagian orang tua membeli makanan matang yang dibeli untuk dijual kembali di market day. Ada juga yang membeli makanan kemasan pabrik yang dibeli untuk dijual lagi di market day. Saya memilih membuat makanan sendiri untuk dijual. Pertimbangan saya karena Kakak adalah anak perempuan jadi saya mengajarinya memasak makanan sederhana. Selain itu dengan memasak Kakak belajar membuat makanan untuk dijual. Kakak belajar tahapan menjual makanan (food and beverage) mulai dari memilih jenis makanan yang bakal laku, membeli bahan mentah, berbelanja, memasak, membungkus, dan menyajikan makanan.

Kami melakukan pembagian tugas jika ada market day. Kakak mendapat bagian memilih jenis makanan. Saya mendapat bagian membeli bahan dan berbelanja. Proses memasak, membungkus, dan menyajikan makanan kami lakukan bersama.

Market day kemarin Kakak memilih pisang coklat tabur sprinkle. Kenapa memilih makanan ini karena kami pernah membelinya sebelumnya. Rasanya cukup enak karena ada coklatnya,  tampilannya cukup menarik karena ada sprinkle warna-warni, dan tentu saja sehat karena terbuat dari pisang. Selain itu harganyapun tidak mahal. Keempat hal ini adalah pertimbangan dalam menjual di market day sekolah dasar : enak, menarik, murah, dan sehat.

Market day bermanfaat bagi Kakak sebagai sarana belajar memasak dan juga belajar matematika logis. Proses belajar dimulai dari awal menyiapkan makanan yang akan dijual, saat berjualan di sekolah, dan saat menerima uang dan menghitung laba. Jadi ibarat pepatah market day seperti sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.
Betul ? J

#Day8
#Tantangan10Hari
#Level6
#KuliahBunsayIIP
#IloveMath
#MathAroundUs

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membuat Poster Marhaban Ya Ramadhan

Membuat Poster Marhaban Ya Ramadhan   Kali ini saya menceritakan family project kami yang sudah lalu di ramadhan tahun ini. Proyek ini juga merupakan tugas bersama orangtua dan anak dari sekolah Kakak Ts. Proyeknya adalah membuat poster dalam rangka menyambut bulan ramadhan. Dengan memanfaatkan kertas yang ada di rumah, kami membuat poster tersebut. Tugas membuat poster dari sekolah sudah dimulai sejak 2 tahun yang lalu. Dulu saat dia umur 7 Tahun hampir semuanya saya yang mengerjakan tugas membuat poster. Kakak Ts hanya membantu menempel kertas. Selain baru belajar, tugas membuat poster itu juga merupakan proyek bersama orang tua dan anak. Sekarang saat dia berumur 9 tahun sudah cukup mendiri dalam membuat poster ramadhan-nya. Hampir semua dia lakukan sendiri mulai dari mencari kertas warna-warni, membuat tulisan dan gambar, dan menempelkannya pada kertas poster. Saya hanya membantu sedikit dengan memberikan finishing touch agar hasilnya terlihat lebih baik. Alha

Dongeng si Tompel (1)

Dongeng si Tompel (1) Adik yang baru berumur 2 tahun ssangat senang jika dibacakan cerita atau didongengi. Kali ini saya mengarang cerita berdasarkan gambar yang ada di halaman belakang Bobo Junior. Gambar yang terdiri dari 4 gambar berurutan tanpa teks membuat saya berkreasi mengarang membuat cerita. Salah satu dongeng Tompel favorit adik adalah cerita si Tompel saat bermain bola sendiri. Di sampingnya ada ikan di akuarium memperhatikannya. Kemudian bola si Tompel masuk ke dalam akuarium. Blup...suara bola mengagetkansi ikan. Ikan merasa kesal dan ddengan sekuat tenaga ikan menyundul bola keluar akuarium dengan kepalanya. Wusss...bluss...bola masuk ke gawang. Tompel terkaget-kaget. Hi..ceritanya sederhana ya. Meski demikian adik sangat menyukainya. Dia menirukan gerakan menyundul bola dan selalu menyukai cerita itu. #Tantangan10hari #Level10 #KuliahBunsayIIP #GrabYourImagination

Menghitung Tutup Botol UHT

Menghitung Tutup Botol UHT Sore itu Adik Fd bermain di rumah saja. Musim hujan sekarang ini tidak nyaman untuk bermain di luar. Seperti kebanyakan batita yang aktif, adik kecil ini pun bermain apa saja dengan benda yang ada di sekitarnya. Kebetulan dia melihat sekumpulan tutup botol bekas UHT di plastik. Tutup botol UHT memang sengaja tidak saya buang dengan alasan beberapa hal yaitu memanfaatkan barang bekas sebagai sarana berhitung anak dan juga sebagai sarana kreativitas dengan mewarnainya dengan cat air beraneka warna. Untuk alasan pertama sudah bisa terwujud yaitu sebagai sarana Adik Fd menghitung angka satu sampai sepuluh. Untuk alasan kedua belum terwujud karena saya belum sempat mengajak anak-anak untuk mengecat tutup botol tersebut. Setelah mendapatkan tutup botol tersebut, Adik Fd menyebarkannya dan memasukkannya kembali ke dalam botol. Hal seperti itu dilakukannya beberapa kali. Agar aktivitas tersebut bermakna, saya mendampingi dengan menyebutkan angka satu s