Langsung ke konten utama

Asal-Usul Cenderawasih


Asal-Usul Cenderawasih



Saya baru tahu adanya dongeng asal Papua tentang asal-usul burung Cenderawasih. Cerita dimulai dari kakak yang sudah duduk di kelas 4 dan memiliki  tugas tentang memberikan contoh tentang jenis cerita fiksi. Dongeng termasuk didalamnya. Kami pun mencari-cari contoh yang dimaksud di dalam buku Tema kurikulum 13.

Salah satu dongeng yang ada di dalam buku tersebut tentang asal-usul burung Cenderawasih. Kisah yang ada di dalam buku tema tersebut saduran dari tulisan Ibu DK Wardhani, salah satu penulis buku anak favorit saya.

Kakak pun meminta saya untuk mendongeng untuknya. Saya pun penasaran dengan cerita tersebut. Kisah ini dimulai dari seorang anak (yang saya lupa namanya he..he..) yang tidak disukai kakak-kakaknya. Mereka membuat anak tersebut tersesat di hutan. Anak tersebut berusaha mencari jalan pulang, namun tidak ketemu. Lalu dia menggunakan waktunya untuk memintal benang dan membuat sayap burung. Sementara itu di rumah, ibu dari anak tersebut menanyakan keberadaan anaknya. Saudara mereka tidak ada yang memberi tahu, sampai anak bungsunya memberi tahu bahwa anak yang dicari itu ada di hutan. Sang ibu pun pergi ke hutan untuk mencari. Sesampainya di hutan dia menemukan anaknya sudah menjadi burung cenderawasih yang cantik. Ibu bersedih dan sang anak memberitahu ibunya bagaimana caranya dia menjadi burung. Sang ibu pun mengikuti langkah tersebut dan ibu pun berubah menjadi burung. Dua burung tersebut terbang ke langit. Sementara itu kakak-kakak dari anak tersebut melihat ibu dan adiknya menjadi burung. Mereka menyesal akan kejadian tersebut. Namun apa daya, ibu dan adik mereka sudah berubah menjadi burung cenderawasih yang indah.

Begitulah ceritanya. Menurut saya kisah tersebut sad ending. Meski demikian ada pelajaran yang bisa diambil. Pelajarannya kurang lebih menurut saya adalah sebagai berikut : kita harus berhati-hati dalam berbuat terhadap orang lain. Jangan hanya karena iri kita melakukan hal yang bisa mencelakakan orang lain dan akhirnya kita menyesal di kemudian hari.

#Tantangan10hari
#Level10
#KuliahBunsayIIP
#GrabYourImagination

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Awan dan Perjalanan

Awan dan Perjalanan Perjalanan selalu menyenangkan bagi keluarga kami. Dulu sewaktu orangtua saya atau simbah kakak Ts tinggal berpuluh kilo meter dari rumah kami, kami ada agenda rutin mudik. Sekarang saat simbah tinggal bersama kami, agenda perjalanan tetap ada. Agenda silaturahmi diantaranya. Saat perjalanan merupakan family time terlama bagi kami. Dalam perjalanan kami bisa berbagi cerita dan tertawa. Begitu juga saat perjalanan kemarin, saya tertarik untuk melihat langit dan mengamati awan. Pagi hari yang cerah saat itu pemandangan langit sangat indah berwarna biru dengan dihiasi gumpalan awan putih yang terlihat lembut seperti kapas. Kami pun saling mengamati langit. Dari cerita awan tersebut, kakak ingat pelajarannya di sekolah. Kakak bercerita bahwa awalnya hanya ada satu awan kecil, lalu awan-awan kecil itu bergabung menjadi satu dan menggumpal menjadi awan besar. Saat awan besar sudah penuh dan berat terjadilah hujan yang turun ke bumi. Hmm...ternyata ...

Belajar Perkalian

Belajar Perkalian Kakak Ts yang sudah duduk di Kelas 4 ini sudah mulai menghafal perkalian secara intensif. Sebenarnya perkalian sudah dikenalkan sejak Kakak kelas 3, namun waktu itu belum intensif dalam menghafal. Hanya beberapa saja yang dihafalnya. Kalau dari sekolah Kakak memang tidak memaksa untuk menghafal. Namun pelajaran matematika di sekolah saat ini sudah sampai materi KPK (kelipatan persekutuan terkecil) dan FPB (faktor persekutuan terbesar). Keduanya memerlukan pengetahuan tentang perkalian dan pembagian. Oleh karena itu Kakak harus memiliki dasar pengetahuan tentang perkalian. Bagi kakak menghafal perkalian tidak mengasyikkan dibandingkan menghafal Al Qur’an. Saya mengatakan bahwa keduanya baik dan penting. Menghafal Al Quran penting karena sebagai bekal kita di dunia dan akhirat. Menghafal perkalian pun penting sebagai bekal di dunia. Saya mengatakan bahwa perkalian akan kita gunakan terus sepanjang hidup.   Contohnya saat berbelanja barang kebutuhan...

Resensi Buku: Mendidik Anak dengan Cinta

Resensi Buku: Mendidik Anak dengan Cinta Identitas Buku Judul: Mendidik Anak dengan Cinta Nama Penulis: Steve Biddulph dan Shaaron Biddulph Nama Penerbit: Gramedia Pustaka Utama Tahun Terbit: 2006 Ketebalan Buku: 196 halaman ISBN: 979-22-1916-1 Anak-anak kita yang lahir ke dunia karena cinta namun dalam perjalanan membesarkan anak kadang kita kurang mencintai mereka dengan tulus. Segala tingkah polah mereka kadang membuat orang tua kehilangan akal. Untuk mengatasi hal itu biasanya orang tua mencari saran dan masukan ilmu pengasuhan dari orang tua, lingkungan, maupun para ahli. Mendidik Anak dengan Cinta mengupas berbagai hal penting yang menjadi keprihatinan orang tua dengan menyuguhkan gagasan inspiratif untuk melakukan kegiatan sehari-hari dengan anak. Buku ini mengajak para orangtua untuk menerima anak apa adanya dan memberikan cinta yang tulus kepada mereka. Buku ini berisi delapan bab yang terdiri dari pembahasan menerima anak sebagai kar...