Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Ecological Footprint

Ecological Footprint Kelas belajar zerowaste memang luar biasa. Ada banyak ilmu yang bisa saya dapatkan di dalamnya. Ilmu tersebut lalu diikat dalam bentuk tulisan dan praktek. Hmmm...luar biasa ya bagi ibu biasa seperti saya. Kali ini saya tahu tentang ecological footprint. Ternyata jejak ekologi kita bisa berdampak bagi lingkungan. Bicara tentang ecological footprint tentu tidak bicara jauh dari energy waste atau pemborosan energi. Beberapa hal yang biasa saya lakukan di keluarga dalam menghemat energi adalah sebagai berikut: -           Mematikan lampu, televisi saat tidak dipakai -           Menggunakan air secukupnya -           Menggunakan gelas yang sama dan berpenutup dalam satu hari Segitu dulu ya...besok sambung lagi (to be continued) #belajarzerowaste

Melatih Kebiasaan Baru Belajar Zerowaste

Melatih Kebiasaan Baru Belajar Zerowaste Mengubah kebiasaan memang bukan hal yang mudah ya. Apalagi bila sudah bertahun-tahun. Namun ternyata bisa juga lho kalau sudah ada niat yang kokoh dari dalam. Seperti saat belajar zerowaste ini. Hal yang masih sulit bagi saya adalah konsisten membawa tas sendiri saat pergi. Bagi ibu bekerja di luar rumah seperti saya biasanya saat ke luar rumah saya sekalian berbelanja. Namun sayang saya kadang lupa tidak membawa tas tambahan. Alhasil saya pun menyimpan belanjaan saya di dalam tas rangsel. Namun saya berupaya untuk tetap belajar zerowaste. Beberapa kebiasaan yang mulai saya upayakan dillakukan rutin adalah mencuci menggunakan lerak untuk mencuci baju dan piring, menyisihkan kulit jeruk untuk dibuat natural cleanser, dan menyisihkan sampah plastik. Untuk resep natural cleanser saya bahas nanti di tulisan berikutnya ya. #belajarzerowaste

Lerak sabun alternatif

Lerak sabun alternatif Lerak apa itu ya? Setahu saya lerak adalah cairan untuk mencuci batik dan lurik. Ternyata pemahaman saya tidak sepenuhnya benar. Lerak bisa digunakanuntuk mencuci baju keseharian dan mencuci piring. Lerak ternyata buah yang keras yang dalamnya ada biji yang keras. Saya baru tahu yang namanya lerak setelah ikut kelas belajar zerowaste. Saya pun berburu lerak ke pasar tradisional. Bertanya ke sana dan ke sini akhirnya ketemu dengan penjual jamu yang menjual lerak. Banyak orang yang bertanya untuk apa sih lerak itu. Saya pun menjelaskannya sedikit yang saya tahu. Saya pun mencoba menggunakan lerak untuk mencuci baju. Pertama saya merendam lerak dengan air dan merebusnya dengan jeruk nipis. Berharap cemas bisa tidak menggunakan lerak untuk mencuci baju. Ternyata bisa juga, ada buih cukup banyak,dan cukup bersih. Bismillah saya bisa konsisten menggunakan lerak.     #belajarzerowaste    

Refleksi Belajar Zerowaste

Refleksi Belajar Zerowaste Bergabung dan menemukan komunitas kecil di WAG #belajarzerowaste batch 1 bersama Ibu DK Wardhani merupakan kesempatan terbaik yang saya dapatkan di tahun ini. Alhamdulillah Allah memberikan saya jalan untuk mendapat ilmu dan mempraktekan langsung ilmu belejar zerowaste dalam kehidupan sehari-hari. Kalau biasanya hanya sebatas prihatin melihat tumpukan sampah, sekarang saya sedikit demi sedikit mulai berbuat sesuatu dalam upaya mengurangi jumlah sampah. Memang tidak mudah karena mengelola sampah berarti dimulai dari diri sendiri dan keluarga sebgagai orang terdekat. Mengubah kebiasaan yang sudah dilakukan bertahun-tahun tentutidak mudah. Dulu sebelum ikut kelas #belajarzerowaste saya berpikir yang penting rumah bersih dan saya tidak membuang sampah sembarangan. Itu sudah cukup menurut saya waktu itu. Ternyata...oh...ternyata kebiasaan seperti tidak cukup dan bukan solusi bagi lingkungan kita saat ini. Memang sih rumah bersih dari sampah, nam

Pola Konsumsi Keluarga

Pola Konsumsi Keluarga Pola konsumsi dalam keluarga sebelum saya ikut #belajarzerowaste cukup konsumtif. Banyak barang yang dibeli karena keinginan dan bukan kebutuhan. Alhasil sampah yang dihasilkan pun cukup besar hampir sejumlah 1 kantong tas kresek setiap harinya baik sampah organik maupun anorganik. Setelah #belajarzerowaste dan menonton video Bu Susanti tentang Kota Tanpa Sampah ( www.labtanya.org ). Saya jadi terbuka mata dan hati saya bahwa ternyata saya bisa juga meniru seperti Bu Susanti dengan cara meminimalkan sampah dengan cara memilahnya.Memilah antara sampah organik dan anorganik. Jika dulu saya hanya memilahnya saja tanpa mengolahnya. Sekarang saya bersyukur bahwa saya mulai bisa mengolahnya dengan menggunakan komposter gerabah. Dari sisa organik dapur saya membagi dua menjadi organik yang bisa dimakan oleh ayam tetangga saya dan organik yang tidak bisa dimakan ayam seperti kulit buah, kulit bawang, dan cangkang telur. Untuk organik seperti kulit bua